Rabu, 16 Juni 2010
Majalengka Harus Berbenah Hadapi Projek Bandara
PERKEMBANGAN dinamika pembangunan di Kabupaten Majalengka baik itu pada masa kini maupun pada masa depan, tidak bisa dilepaskan dari rencana pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BUB) di Kecamatan Kertajati, Kab. Majalengka.
Melambatnya rancangan pembangunan bandara itu akhir-akhir ini, sebenarnya bisa memberikan waktu bagi Kab. Majalengka untuk mempersiapkan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan keberadaan bandara tersebut. Termasuk, menyiapkan sumber daya manusia (SDM) masyarakat setempat.
Namun, kondisi SDM yang dimiliki itu masih kurang mendukung terutama pada aspek kualitas pendidikan. Bayangkan, dari 1.198.170 jiwa penduduk Majalengka, 45 persen masih berijazah SD, 1547 persen berijazah SMP, 10,20 persen berijazah SMA dan hanya 1,40 persen yang berijazah sarjana. Bahkan, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS)setempat, masih terdapat penduduk miskin sebanyak 385.094 jiwa.
Adanya berbagai permasalahan tersebut, Bupati Majalengka H. Sutrisno berharap jika masyarakat Kertajati tidak ingin termarginalkan dari pembangunan bandara, sejak saat ini warga Kertajati harus berbenah diri dan menata konsep kesejahteraan sejak dini.Disebutkan, warga Kertajati bakal diprioritaskan untuk ikut terlibat dalam proses pembangunan bandara untuk itulah sejak dini mereka harus dipersiapkan untuk memiliki keterampilan dan keahlian sesuai dengan bidangnya. Termasuk sertifikasi keterampilan dari lembaga-lembaga yang dipercaya.
Bupati mengatakan, pada akhir masa jabatannya, dia harus menekan paling tidak 5 persen jumlah keluarga miskin. Hal itu di antaranya dilakukan melalui seratus hari program kerja Bupati, dengan kegiatan-kegiatan perbaikan rumah keluarga miskin lewat kegiatan bedah rumah.Selanjutnya, upaya menekan angka kemiskinan itu akan digarap antara lain melalui Pembanguan Desa Mandiri, Desa Pertumbuhan, Desa Sehat, Desa Cerdas, Program KPH, PU-AP, pembangunan jalan berwawasan masyarakat dan meningkatkan pemantapan pembangunan kawasan ternak dan kawasan ikan.
Untuk hal itulah, menurut Bupati, masyarakat dan pemerintah masih memiliki waktu untuk mepersiapkan diri terutama dalam menyambut berdirinya bandara.Bupati telah minta kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka agar bisa mengajak perguruan tinggi yang ada di Majalengka agar mengembangkan kurikulum terapan atau kurikulum terapan dengan kompetensi yang berguna dan selaras dengan rencana pembangunan bandara.
Rencana besar pembangunan itu terkait pula dengan rancangan pengembangan moda transportasi di Jabar. Antara lain, jalur kereta api yang su-dah mati bakal dihidupkan kembali, seperti jalur kereta api Cirebon-Bandung, serta peningkatan kelas dan kapasitas pelabuhan laut di Cirebon dan di Indramayu, Termasuk jalan tol Cisundawu Cikapali yang akan membuat sirkulasi kegiatan ekonomi berkembang cepat. "Majalengka harus mempersiapkan diri, bukan saja sarana dan prasarana wilayah yang membuka seluruh sumbatan transportasi baik antar desa di Kab. Majalengka, tetapi juga jalan penghubung dengan kota atau daerah di sekitar Majalengka," tutur Bupati. (Tati
Purnawati/"Kabar Cirebon")
Sumber :
Pikiran Rakyat, dalam :
http://bataviase.co.id/node/241796
17 Juni 2010
Sumber Gambar:
http://i137.photobucket.com/albums/q211/labyrinth_silversky/post2/jawa_barat.jpg
http://rien18.wordpress.com/2009/10/27/kota-majalengka-yang-indah/
Majalengka Keluar dari Mitos?
Bincang Majalengka sudah pasti akan merujuk ke sejumlah kisah dari kerajaan/padepokan dengan ciri khusus, semisal tautan dengan wilayah lain. Untuk lepas dari kekuatan mitologi yang membingkai sejarah Majalengka, perlu direkatkan fakta komprehensif bersama hipotesis yang mendukungnya.
Diperlukan penelusuran sejarah Majalengka dan pencarian jejaknya sehingga hasilnya dapat dipahami secara logis dan tidak terkurung semata-mata oleh mitos atau warna magis.
Upaya Majalengka yang direspons pemerintah setempat menjadi penting lantaran pada 7 Juni 2010 usia Majalengka diterakan pada angka 520 tahun. Benarkah? Inilah yang lantas membentuk tim penelusuran sejarah Majalengka dengan ketua sejarawan Universitas Padjadjaran, Nina Lubis.
Dunia yang rasional memang tak mampu menghindar dari dunia irasional. Namun, jika terpaku pada irasionalitas, tidak akan ada sejarah yang dapat diterima sebagai kajian serta sajian yang logis dengan unsur pendukung penting metode ilmiah. Begitulah seharusnya sejarah mengedepankan kekuatan logika.
Buah maja tiba-tiba langka. Kabar mitologi menyebutkan, Nyi Rambut Kasih dari Kerajaan Sindang Kasih jatuh cinta kepada Pangeran Muhammad (keturunan Pangeran Panjunan). Pangeran Muhammad yang bertugas menyebarkan agama Islam ke Majalengka pun akhirnya menjadi bagian integral dari sejarah Majalengka. Tak pelak penyebutan majae langka berakhir pada kata majalengka.
Talagamanggung
Kisah ini tentu saja tidak sepenuhnya diterima masyarakat, terlebih budayawan dan sejarawan yang mengedepankan fakta. Hal itu berbeda dengan Kerajaan Talagamanggung yang berawal dari sebuah padepokan di Desa Banjaran. Lingkung alam yang sejuk dan telaga kecil dengan air jernihnya memungkinkan Talagamanggung menarik minat pendatang, entah untuk berguru, berniaga, atau memulai kehidupan baru.
Pendatang tak cuma dari Jawa, bahkan Campa (kini Kamboja) dan Thailand. Kerajaan Talagamanggung pada mulanya adalah padepokan di Gunung Bitung Talaga, didirikan oleh Rakaian Sudayasa pada abad ke-13 dengan penerusnya Dewa Niskala. Manuskrip lama Siksa Kandang Karsiyan (586 Masehi) menuliskan keberadaan Kerajaan Talagamanggung.
Kerajaan Talagamanggung diambil dari nama Prabu Talagamanggung yang juga dikenal sebagai Mundingsae Ageng dengan penanda tahun 1292 Masehi. Prabu Talagamanggung mempunyai keturunan, Putri Simbar Kencana dan Raden Panglurah. Raden Panglurah tidak berminat pada politik. Ia memilih kehidupan begawan, sedangkan Simbar Kencana tertarik pada tata kelola pemerintah.
Maka, keturunannya kelak (setelah Simbar Kencana menikah dengan Raden Kusumalaya), yakni Ratu Sunyalarang (Ratu Parung), menikah dengan Raden Ranggamantri dari Kerajaan Pajajaran. Pernikahan dengan mas kawin seperangkat gamelan, baju anti peluru, ukiran, uang blendong, keris, dan tombak itu pun memperkaya aset Kerajaan Talagamanggung.
Talaga dan Sindang Kasih
Kerajaan Talagamanggung ngahiyang (mengilang/sirna). Sastra lisan Majalengka menerangkan kedatangan seorang pangeran dari Lampung yang dinamai Palembang Gunung. Pangeran itu hendak mengabdi di kerajaan. Lantaran cerdas dan tampan serta pandai mengorganisasi, Palembang Gunung menikah dengan Putri Simbar Kencana, lantas menjadi mahapatih kerajaan.
Cerita rakyat menyebut pada suatu masa terjadinya huru-hara dengan target kudeta menurunkan Prabu Talagamanggung. Pemberontakan yang dipimpin Citrasinga itu pun berhasil membinasakan Prabu Talagamanggung dengan senjata cis, sejenis kujang. Menurut kepercayaan masyarakat Talaga, kematian Prabu Talagamanggung itu menimbulkan tenggelamnya kerajaan. Berdasarkan cerita rakyat, tokoh di balik huru-hara itu tidak lain adalah Pangeran Palembang Gunung.
Merunut paparan Teja Sukmana, budayawan Majalengka, ada makam Raden Arya Saringsingan di Banjaran, makam Raden Ranggamantri di Sanghiang, makam Ratu Sunyalarang di Cikiray, serta makam Raden Sacanata di Desa Argasari. Termasuk pula makam Sunan Wanaperih di Kagok. Namun, bagi Ibrahim Sumadinata (78), penelusuran sejarah Majalengka lebih pas apabila merujuk pada keberadaan Nyi Rambut Kasih di Kerajaan Sindang Kasih.
"Talaga itu kalah oleh Islam dari Cirebon, sedangkan Nyi Rambut Kasih tidak. Islam diterima dengan damai. Bahkan Pangeran Muhammad menjadi suaminya," ujar Ibrahim. Sindang kasih, menurut dia, ditaut dari kata candrasengkala. Candrasengkala berarti 1412 dan bila diubah ke tahun Masehi menjadi 1490. Maka, tahun 1490 itulah tahun kelahiran Majalengka.
Candrasengkala sendiri merupakan khazanah budaya di Kerajaan Mataram. Tahun 1490 juga merupakan tahun kedatangan Pangeran Muhammad dari Cirebon bersama istrinya, Siti Amrillah. Keduanya menyebarkan Islam di Majalengka. Majalengka menganut Islam lebih dulu sebelum Rajagaluh. Wilayah Kerajaan Sindang Kasih terbentang dari Cilutung (Sumedang) hingga Gunung Kromong (Ciwaringin).
Sejarah harus memuat unsur heroisme dan patriotisme. Sebab, sejarah merupakan penentu arah masa depan bangsa. Dengan demikian, jangan mewariskan sejarah yang tidak benar. Hal ini juga dapat ditaut dengan kisah islamisasi Talaga oleh Sunan Gunungjati dari Cirebon. Raden Ranggamantri yang menikah dengan Ratu Simbar Kencana, setelah memeluk Islam, mendapatkan gelar Pucuk Umun. Itu merupakan gelar kehormatan dari Sunan Gunungjati yang berarti perintis pemula.
Pertanyaan yang mengemuka, berubahkah hitungan ulang tahun Majalengka bila tim penelusur sejarah berhasil mengungkap fakta sejarah Majalengka? Semakin tua atau muda?
Sumber:
DADANG KUSNANDAR, Penulis Lepas, Tinggal di Cirebon
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/07/16310759/majalengka.keluar.dari.mitos
17 Juni 2010
DADANG KUSNANDAR Penulis Lepas, Tinggal di Cirebon
Diperlukan penelusuran sejarah Majalengka dan pencarian jejaknya sehingga hasilnya dapat dipahami secara logis dan tidak terkurung semata-mata oleh mitos atau warna magis.
Upaya Majalengka yang direspons pemerintah setempat menjadi penting lantaran pada 7 Juni 2010 usia Majalengka diterakan pada angka 520 tahun. Benarkah? Inilah yang lantas membentuk tim penelusuran sejarah Majalengka dengan ketua sejarawan Universitas Padjadjaran, Nina Lubis.
Dunia yang rasional memang tak mampu menghindar dari dunia irasional. Namun, jika terpaku pada irasionalitas, tidak akan ada sejarah yang dapat diterima sebagai kajian serta sajian yang logis dengan unsur pendukung penting metode ilmiah. Begitulah seharusnya sejarah mengedepankan kekuatan logika.
Buah maja tiba-tiba langka. Kabar mitologi menyebutkan, Nyi Rambut Kasih dari Kerajaan Sindang Kasih jatuh cinta kepada Pangeran Muhammad (keturunan Pangeran Panjunan). Pangeran Muhammad yang bertugas menyebarkan agama Islam ke Majalengka pun akhirnya menjadi bagian integral dari sejarah Majalengka. Tak pelak penyebutan majae langka berakhir pada kata majalengka.
Talagamanggung
Kisah ini tentu saja tidak sepenuhnya diterima masyarakat, terlebih budayawan dan sejarawan yang mengedepankan fakta. Hal itu berbeda dengan Kerajaan Talagamanggung yang berawal dari sebuah padepokan di Desa Banjaran. Lingkung alam yang sejuk dan telaga kecil dengan air jernihnya memungkinkan Talagamanggung menarik minat pendatang, entah untuk berguru, berniaga, atau memulai kehidupan baru.
Pendatang tak cuma dari Jawa, bahkan Campa (kini Kamboja) dan Thailand. Kerajaan Talagamanggung pada mulanya adalah padepokan di Gunung Bitung Talaga, didirikan oleh Rakaian Sudayasa pada abad ke-13 dengan penerusnya Dewa Niskala. Manuskrip lama Siksa Kandang Karsiyan (586 Masehi) menuliskan keberadaan Kerajaan Talagamanggung.
Kerajaan Talagamanggung diambil dari nama Prabu Talagamanggung yang juga dikenal sebagai Mundingsae Ageng dengan penanda tahun 1292 Masehi. Prabu Talagamanggung mempunyai keturunan, Putri Simbar Kencana dan Raden Panglurah. Raden Panglurah tidak berminat pada politik. Ia memilih kehidupan begawan, sedangkan Simbar Kencana tertarik pada tata kelola pemerintah.
Maka, keturunannya kelak (setelah Simbar Kencana menikah dengan Raden Kusumalaya), yakni Ratu Sunyalarang (Ratu Parung), menikah dengan Raden Ranggamantri dari Kerajaan Pajajaran. Pernikahan dengan mas kawin seperangkat gamelan, baju anti peluru, ukiran, uang blendong, keris, dan tombak itu pun memperkaya aset Kerajaan Talagamanggung.
Talaga dan Sindang Kasih
Kerajaan Talagamanggung ngahiyang (mengilang/sirna). Sastra lisan Majalengka menerangkan kedatangan seorang pangeran dari Lampung yang dinamai Palembang Gunung. Pangeran itu hendak mengabdi di kerajaan. Lantaran cerdas dan tampan serta pandai mengorganisasi, Palembang Gunung menikah dengan Putri Simbar Kencana, lantas menjadi mahapatih kerajaan.
Cerita rakyat menyebut pada suatu masa terjadinya huru-hara dengan target kudeta menurunkan Prabu Talagamanggung. Pemberontakan yang dipimpin Citrasinga itu pun berhasil membinasakan Prabu Talagamanggung dengan senjata cis, sejenis kujang. Menurut kepercayaan masyarakat Talaga, kematian Prabu Talagamanggung itu menimbulkan tenggelamnya kerajaan. Berdasarkan cerita rakyat, tokoh di balik huru-hara itu tidak lain adalah Pangeran Palembang Gunung.
Merunut paparan Teja Sukmana, budayawan Majalengka, ada makam Raden Arya Saringsingan di Banjaran, makam Raden Ranggamantri di Sanghiang, makam Ratu Sunyalarang di Cikiray, serta makam Raden Sacanata di Desa Argasari. Termasuk pula makam Sunan Wanaperih di Kagok. Namun, bagi Ibrahim Sumadinata (78), penelusuran sejarah Majalengka lebih pas apabila merujuk pada keberadaan Nyi Rambut Kasih di Kerajaan Sindang Kasih.
"Talaga itu kalah oleh Islam dari Cirebon, sedangkan Nyi Rambut Kasih tidak. Islam diterima dengan damai. Bahkan Pangeran Muhammad menjadi suaminya," ujar Ibrahim. Sindang kasih, menurut dia, ditaut dari kata candrasengkala. Candrasengkala berarti 1412 dan bila diubah ke tahun Masehi menjadi 1490. Maka, tahun 1490 itulah tahun kelahiran Majalengka.
Candrasengkala sendiri merupakan khazanah budaya di Kerajaan Mataram. Tahun 1490 juga merupakan tahun kedatangan Pangeran Muhammad dari Cirebon bersama istrinya, Siti Amrillah. Keduanya menyebarkan Islam di Majalengka. Majalengka menganut Islam lebih dulu sebelum Rajagaluh. Wilayah Kerajaan Sindang Kasih terbentang dari Cilutung (Sumedang) hingga Gunung Kromong (Ciwaringin).
Sejarah harus memuat unsur heroisme dan patriotisme. Sebab, sejarah merupakan penentu arah masa depan bangsa. Dengan demikian, jangan mewariskan sejarah yang tidak benar. Hal ini juga dapat ditaut dengan kisah islamisasi Talaga oleh Sunan Gunungjati dari Cirebon. Raden Ranggamantri yang menikah dengan Ratu Simbar Kencana, setelah memeluk Islam, mendapatkan gelar Pucuk Umun. Itu merupakan gelar kehormatan dari Sunan Gunungjati yang berarti perintis pemula.
Pertanyaan yang mengemuka, berubahkah hitungan ulang tahun Majalengka bila tim penelusur sejarah berhasil mengungkap fakta sejarah Majalengka? Semakin tua atau muda?
Sumber:
DADANG KUSNANDAR, Penulis Lepas, Tinggal di Cirebon
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/07/16310759/majalengka.keluar.dari.mitos
17 Juni 2010
DADANG KUSNANDAR Penulis Lepas, Tinggal di Cirebon
Majalengka 520 Tahun - Membangun Majalengka Harus Dengan Kebersamaan
Tanggal 7 Juni 2010 berdasarkan lembaran sejarah Majalengka yang ada, Majalengka sudah berusia 520 tahun.Suatu pencapaian usia yang sudah cukup tua dibanding dengan usia kota-kota lain yang ada diwilayah Cirebon.Diusianya yang lebih dari setengah abad itu,sejatinya kondisi Majalengka jauh lebih baik dibanding dengan kabupaten-kabupaten tetangga ,namun pada kenyataanya tak dapat dipungkiri kita banyak ketinggalan dan berada jauh dibelakang mereka.
Sudah beberapa kali kabupaten Majalengka berganti kepemimpinan (Bupati-red). Namun tetap saja Majalengka ketinggalan kereta oleh kabupaten lain,walaupun sebenarnya setiap Bupati yang pernah memimpin Majalengka tentunya tidak tingggal diam sudah berupaya membangun Majalengka untuk mensejajarkan diri dengan kabupaten lain. Tapi pada kenyataanya Majalengka masih jauh ketinggalan karena program pembangunan jalannya sangat lambat kalau tidak disebut jalan ditempat.Ada apa sebenarnya dan apa kendalanya hingga Majalengka sulit sekali melepaskan image sebagai kota pensiunan atau desa besar padahal potensi Majalengka tak kalah dengan kabupaten lain.
Untuk membahas hal itu berikut ini adalah hasil wawancara Sinarmedia dengan Bupati Majalengka H.Sutrisno SE.MSi. yang akan mengupas tuntas bagaimana Majalengka saat ini dan yang akan datang dibawah kepemimpinan Sutrisno- Karna (SUKA).
Menurut Bupati sudah hampir dua tahun Ia dengan Wakil Bupati, berkolaborasi menyatukan tekad, Tujuan, persepsi, keinginan dan harapan dengan menarik satu benang merah dalam bingkai sebuah visi Majalengka yang Religius Maju dan Sejahtera (Remaja).
Namun sekuat-kuatnya seutas benang kata Bupati tidak akan mampu mengangkat beban yang begitu berat, beban, cita-cita, keinginan dan harapan seluruh rakyat Majalengka , oleh karena itu ia menyadari tidak cukup hanya dengan keberanian untuk mewujudkannya namun memerlukan kebersamaan dan kesatuan tekad untuk mewujudkan semuanya.
Kilas balik Perjalanan sejarah Majalengka yang begitu panjang selama lima abad lebih ini, telah menorehkan pengalaman untuk terus beraktualisasi diri menjadi Kabupaten yang maju di Jawa Barat. Dikatakanya kita bisa bercermin dari para pendiri, pahlawan dan pemimpin Majalengka yang telah memberikan pengabdian, pengorbanan, dedikasi kecintaan kepada tanah Sindangkasih sehingga Majalengka bisa melangkah setapak demi setapak menemukan jati dirinya.
Oleh karena itu tambahnya ia menaruh perhatian besar terhadap Latar Belakang sejarah Majalengka yang memang masih mengundang banyak kontroversi dengan menunjuk sebuah Tim Penelusuran dan Pengkajian Sejarah Majalengka Yang diperkirakan penyusunannya akan rampung Oktober 2010 mendatang.
Dengan demikian Kabupaten Majalengka akan mempunyai Sejarah Hari Jadi yang paling lengkap dan otentik di banding kabupaten lainnya di seluruh Indonesia. Upaya ini dilakukan agar masyarakat Majalengka mengetahui latar belakang sejarah kampung halamannya dengan benar sesuai dengan data dan fakta. Perjalanan dan pengalaman sejarah tentunya akan banyak memberikan kematangan sebagai spirit utama untuk terus memaknai visi Kabupaten Majalengka secara berkelanjutan. Demikian juga dengan catatan prestasi yang banyak diukir dalam perjalanan sejarah akan menjadi pemicu untuk terus berjuang, berkarya dan berkarsa dalam mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan untuk tercapainya kesejahteraan rakyat dunia dan akhirat.
"Saya menyadari bahwa selama Saya dan Sdr. Wakil Bupati diberikan amanah untuk memimpin Majalengka, masih banyak kekurangan disana-sini sehingga, wajar apabila ada reaksi yang timbul sebagai cerminan ketidakpuasan atas sebuah kepemimpinan. Namun satu hal yang tidak pernah luntur bahwa tak sedikitpun terbersit untuk hanya menjadi "Imam" atas golongan tertentu, kami sangat menyadari bahwa amanah ini tidak hanya dipertanggungjawabkan di dunia, melainkan juga di akhirat nanti dimana semua yang tidak tampak akan ditampakan dan diberikan ganjaran dengan seadil-adilnya. Oleh karena itu kami senantiasa berupaya untuk menjadi "Imam" yang baik dan adil bagi semua lapisan masyarakat Majalengka dalam koridor pengabdian kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa."Tegasnya.
Dalam upaya merealisasikan berbagai macam aspirasi dari masyarakat Majalengka, lanjut Bupati,pemerintah berusaha dengan segala daya dan upaya untuk meluncurkan dan memaksimalkan berbagai program pembangunan yang berorientasi kepada kebutuhan masyarakat baik pembangunan fisik maupun sumber daya manusia. Hal tersebut dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2013.
Upaya untuk merealisasikan berbagai program yang telah direncanakan, telah diusahakan semaksimal mungkin dengan melibatkan berbagai komponen dan pelaku pembangunan yang realisasinya telah kami sampaikan dalam LKPJ tahun 2009 beberapa waktu yang lalu. Walapun beberapa sasaran dalam proyeksi indikator makro belum tercapai, setidaknya secara umum pembangunan di Kabupaten Majalengka telah mengalami peningkatan di banding tahun sebelumnya.
Menurutnya, ia senantiasa mengakomodir segala masukan, kritik dan saran terhadap pelaksanaan pembangunan yang mungkin belum memuaskan berbagai kalangan.Namun adanya kekurangan dan kelemahan tersebut hendaknya dipandang sebagai suatu media untuk terus melakukan koreksi dan evaluasi. Perbedaan pandangan atas segala kekurangan dan kelemahan adalah hal yang wajar apalagi bangsa ini sedang mengembangkan demokrasi, tetapi yang paling penting adanya komitmen bersama bahwa apapun kelemahan dan kekurangan yang ada harus diupayakan untuk diperbaiki dan diselesaikan secara musyawarah.
Majalengka kata Bupati lagi, laksana mutiara terpendam yang kilap cahayanya mulai Nampak kepermukaan. Bias cahayanya mulai menjadi sorotan dari berbagai penjuru. Bandara Internasional Jawa Barat yang sedang dalam progress realisasi menumbuhkan optimisme kita semua bahwa sebentar lagi perubahan akan mulai nampak secara signifikan. Konsep Aero City yang akan dikembangkan akan mendukung pertumbuhan berbagai macam sektor seperti Industri, pariwisata, pendidikan, dan sektor lain yang akan tumbuh secara alami sebagai imbas adanya perubahan di berbagai bidang.
Pembangunan Infrastruktur ruas jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Da-wuan (Cisumdawu) yang melintasi Kab. Bandung, Sumedang, dan Majalengka akan menambah kuat daya dukung pertumbuhan di berbagai sektor, Jalan Tol yang direncanakan memiliki panjang 58,5 kilometer, dengan estimasi pembiayaan mencapai Rp 5,1 triliun, kini telah menjadi salah satu prioritas utama Kementerian Pekerjaan Umum (PU) pada pembangunan infrastruktur Jawa Barat tahun ini.
Selain itu Pembangunan Tol Cikampek-Palimanan (Cikapa) dan Rencana Pembangunan Pelabuhan Laut Internasional dan jalan kereta api cepat Bandung-Majalengka (Kertajati) yang masih satu rangkaian dari konsep Megapolitan ini akan berdampak pada percepatan pembangunan di Kabupaten Majalengka.
Dan yang tidak kalah penting adalah Pembangunan Waduk Jatigede yang diperkirakan akan rampung tahun 2014 mendatang akan menjadi solusi terhadap meluasnya lahan kritis di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk-Cisanggarung seluas 7.711 km persegi. yang membentang di dua propinsi yakni Jawa Barat meliputi Kabutan Garut, Sumedang, Majalengka, Cirebon, Indramayu, Kuningan serta Kota Cirebon dan provinsi Jawa Tengah di Kabutapen Brebes.Hal ini tentu saja sangat menggembirakan.
Namun tentu saja kita,urai Sutrisno harus mempersiapkan diri sebaik mungkin agar perubahan sebagai imbas terealisasinya 3 mega proyek ini ini tidak menjadi gejolak sosial yang melahirkan masalah-masalah baru di kemudian hari.
Salah satu upaya yang akan dilakukan Kabupaten Majalengka dalam menghadapi iklim perubahan ini adalah dengan memperbaiki sektor pariwisata. Tahun 2011 mendatang setidaknya ada 3 destinasi wisata unggulan yaitu pembangunan Majalengka spektakuler, pembangunan jabar park education yang direncanakan ditempatkan diwilayah Kec. Sindangwangi, pengembangan pariwisata Prabu Siliwangi yang berada diwilayah Kec.Rajagaluh dan pembangunan kebun wisata Pancurendang yang berada diwilayah Kec. Majalengka.
Selain itu penataan wilayah perkotaan yang menjadi corong bagi pembangunan image Kota Majalengka kini mulai ditata. Pelebaran JL. K.H. Abdul Halim, Pembangunan Plaza Bunderan Munjul, Bunderan Cigasong, yang dilengkapi dengan Ruang Terbuka Hiijau dan Monument Dirgantara serta Pembangunan Pintu Gerbang Masuk ke Kota Majalengka akan menambah cantik dan semarak bagi para pengunjung dari dan disegala penjuru baik domestik maupun manca negara.
Di sektor Pertanian yang tetap menjadi primadona Kabupaten Majalengka Sebagai Kabupaten Agraris. Selain penggunaan varietas unggulan produk pertanian, sistem dan mekanisme pengolahan tanah menjadi hal penting bagi keberlangsungan hidup sektor pertanian.
Pemakaian pupuk dan pestisida kimia di masa lalu telah merusak kesuburan tanah dan memperkecil produktivitasnya. Hal ini akan berdampak pada tingkat kesejahteraan petani, yang pada akhirnya, banyak orang desa tidak melihat lagi pertanian sebagai tumpuan harapan, dan mereka memilih berpindah ke kota hanya untuk menemui kemiskinan yang lain. Oleh karena itu kini, kata Bupati Sutrisno tengah diupayakan untuk mengembangkan konsep pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture). Dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan mealalui pemakaian bahan-bahan organik yang tidak merusak lingkungan.
Selain itu sistem dan usaha-usaha di bidang pengolahan hasil Pertanian merupakan bagian dari rencana strategis yang tidak terpisahkan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan para petani yang menduduki porsi terbesar mata pencaharian masyarakat di kabupaten Majalengka. Sistem dan usaha tersebut meliputi kegiatan-kegiatan penanganan pasca panen dan pengolahan produk yang menghasilkan produk segar, produk olahan utama, produk ikutan, dan produk limbah, serta pembangunan pemasarannya, baik pasar domestik maupun pasar internasional.
Dari semuanya itu kita ungkap Bupati, melihat begitu indah dan optimis tentang gambaran Kabupaten Majalengka di tahun-tahun mendatang namun semuanya akan menjadi suram ketika Visi dan Misi yang telah kita rumuskan bersama tidak di dukung dengan semangat kebersamaan tekad dan tujuan yang mulia untuk mengabdi, dan membangun bumi sindangkasih tercinta.
Dalam Konteks Momentum Hari Jadi Majalengka Ke-520 ini Bupati H.Sutrisno berharap mudah�mudahan dapat menjadi motivasi untuk mendorong masyarakat lebih berperan menjadi pelaku utama dan menjadi mitra terdepan dalam mewujudkan pembangunan di Kabupaten Majalengka.
Kunci utama untuk mewujudkannya adalah rasa kebersamaan, nilai optimisme, serta semangat untuk merubah diri dan terus maju sebagai kekuatan pembangunan dan kebangkitan Kabupaten Majalengka. Munculnya berbagai macam perbedaan tidak harus menghambat laju pembangunan melainkan menjadi harmoni Pelangi yang indah membentang di cakrawala Majalengka. Akhirnya Dengan Semangat Kebersamaan Mari Kita Bangun Majalengka Remaja. Kalau Kita Mau Pasti Bisa.***
Sumber:
http://www.sinarmedia-news.com/index.php?isi=1&cat=1&nid=777
17 Juni 2010
Sumber Gambar:
http://img.pa-majalengka.go.id/upload/gambar/petamjl.JPG
http://setiadut.files.wordpress.com/2009/11/majalengka.jpg
Potensi Ekonomi Majalengka
Kabupaten Majalengka merupakan daerah yang memiliki luas wilayah 1.204,24 Km2 yang terbagi dalam 23 kecamatan. Populasi penduduk mencapai 1.153.442 jiwa dengan rincian 576.412 jiwa adalah laki-laki dan 577.030 adalah perempuan. Masyarakat Majalengka mayoritas berpendidikan rendah. Mereka yang tidak pernah mengenyam pendidikan mencapai 31,4 persen, 51,6 persen diantaranya hanya hanya lulusan sekolah dasar. Mereka yang sempat menyelesaikan pendidikan tingkat menengah hanya 9,1 persen, sedangkan yang lulus pendidikan menengah atas hanya 6,4 persen. Hanya 1 persen mereka yang lulus pendidikan diploma dan strata.
Dengan membaca profil pendidikan, kita mengetahui bahwa masyarakat Majalengka mayoritas bertani. Kontribusi sektor pertanian pada pembentukan PDRB mencapai 32,85 persen dengan nilai ekonomi mencapai Rp 353,7 milyar. Pertanian di Majalengka relatif subur. Tanaman pangan terdapat di semua kecamatan. Total produktivitas padi pada 2003 mencapai 469.812 ton dimana 457.611 ton adalah padi sawah dan 12.201 ton adalah hasil padi ladang.
Total output padi terbesar terdapat berasal dari Kecamatan Kertajati. Sedangkan hasil produksi jagung banyak dihasilkan dari Kecamatan Bantarujeg dan Banjaran. Kedelai banyak dihasilkan oleh Kecamatan Jatiwangi, Dawuan, dan Ligung. Ubi kayu banyak terdapat di Kecamatan Talaga dan Majalengka. Ubi jalar banyak terdapat di Kecamatan Argapura, Maja, dan Majalengka.
Kecamatan Argapura merupakan daerah penghasil sayuran terbesar. Kecamatan ini sangat cocok untuk dijadikan pusat pengembangan budidaya sayur (klaster sayur). Adapun jenis sayuran yang banyak terdapat di kecamatan ini adalah bawang merah, bawang daun, kentang, kubis, sawi, wortel dan kacang merah.
Buah pisang banyak terdapat di Kecamatan Argapura dan Majalengka. Alpukat banyak terdapat di Kecamatan Cikijing dan Banjaran. Durian banyak terdapat di Kecamatan Sindangwangi dan Bantarujeg. Mangga banyak terdapat di Kecamatan Kertajati, Panyingkiran, dan Majalengka. Kecamatan Banjaran banyak memproduksi jenis buah manggis, nangka, nanas, dan sukun.
Ternak Ayam Buras dan Itik banyak terdapat di semua kecamatan. Total produksi Ayam Buras dan Itik mencapai 1.745.663 ekor. Hasil produksi terbesar terdapat di Kecamatan Rajagaluh dan Kertajati sedangkan Sapi banyak terdapat di Kecamatan Lemahsugih dan Majalengka.
Total produksi perikanan di Kabupaten Majalengka mencapai 3.743,42 ton. Hasil produksi terbesar terdapat di kecamatan Cikijing, Talaga, dan Argapura.
Kontribusi sektor ekonomi lainnya yang cukup signifikan adalah sektor perdagangan hotel dan restoran. Kontribusi sektor ini mencapai 19,08 persen dengan nilai ekonomi 205,4 milyar. Kecamatan Majalengka dan Talaga merupakan basis perdagangan.
Sumber:
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kabupaten+Majalengka
16 Juni 2010
Sumber Gambar:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Majalengka
Bupati Majalengka
Bupati Kabupaten Majalengka (1819 - sekarang)
1. RT. Dendranegara 1819 - 1848
2. RAA. Kartadiningrat 1848 - 1857
3. RAA. Bahudenda 1857 - 1863
4. RAA. Supradningrat 1863 - 1883
5. RAA. Supriadipraja 1883 - 1885
6. RMA. Supraadiningrat 1885 - 1902
7. RA. Sastrabahu 1902 - 1922
8. RMA. Suriatanudibrata 1922 - 1944
9. RA. Umar Said 1944 - 1945
10.R. Enoch 1945 - 1947
11.R.H. Hamid 1947 - 1948
12.R. Sulaeman Nata Amijaya 1948 - 1949
13.M. Chavil 1949
14.RM. Nuratmadibrata 1949 - 1957
15.H. Aziz Halim 1957 - 1960
16.H. RA. Sutisna 1960 - 1966
17.R. Saleh Sediana 1966 - 1978
18.H. Moch. S. Paindra 1978 - 1983
19.H. RE. Djaelani, SH. 1983 - 1988
20.Drs. H. Moch. Djufri Pringadi 1988 - 1993
21.Drs. H. Adam Hidayat, SH., M.Si 1993 - 1998
22.Hj. Tutty Hayati Anwar, SH., M.Si 1998 - 2008
23.H. Sutrisno, SE., M.Si 2008 - 2013
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Majalengka
16 Juni 2010
1. RT. Dendranegara 1819 - 1848
2. RAA. Kartadiningrat 1848 - 1857
3. RAA. Bahudenda 1857 - 1863
4. RAA. Supradningrat 1863 - 1883
5. RAA. Supriadipraja 1883 - 1885
6. RMA. Supraadiningrat 1885 - 1902
7. RA. Sastrabahu 1902 - 1922
8. RMA. Suriatanudibrata 1922 - 1944
9. RA. Umar Said 1944 - 1945
10.R. Enoch 1945 - 1947
11.R.H. Hamid 1947 - 1948
12.R. Sulaeman Nata Amijaya 1948 - 1949
13.M. Chavil 1949
14.RM. Nuratmadibrata 1949 - 1957
15.H. Aziz Halim 1957 - 1960
16.H. RA. Sutisna 1960 - 1966
17.R. Saleh Sediana 1966 - 1978
18.H. Moch. S. Paindra 1978 - 1983
19.H. RE. Djaelani, SH. 1983 - 1988
20.Drs. H. Moch. Djufri Pringadi 1988 - 1993
21.Drs. H. Adam Hidayat, SH., M.Si 1993 - 1998
22.Hj. Tutty Hayati Anwar, SH., M.Si 1998 - 2008
23.H. Sutrisno, SE., M.Si 2008 - 2013
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Majalengka
16 Juni 2010
45.687 Warga Majalengka Masih Menganggur
Angka pengangguran di Kabupaten Majalengka berdasarkan data yang tercatat di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencapai 45.687, atau sebanyak 7,83 % dari jumlah total angkatan kerja. Menurut Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi H.Wawan Gunawan, angka tersebut adalah jumlah penganggur total pada tahun ini. Karena sebelumnya angka pengangguran mencapai 48.672 usia kerja.
"Jumlah tersebut kini mulai berkurang, namun juga kemungkinan bertanbah manakala banyaknya lulusan sekolah yang kemudian tidak melanjutkan atau tidak bekerja atau juga terjadinya PHK masal," ungkap Wawan.
Untuk mengurangi angka pengangguran tersebut, Dinas Tenaga Kerja kini terus berupaya memberikan berbagai pelatihan yang berdampak langsung pada pengurangan angka pengangguran. Seperti halnya pelatihan montir sepeda motor dan mobil yang lulusannya bisa langsung disalurkan ke bengkel lain yang butuh tenaga kerja, atau pelatihan menjahit yang juga lulusannya bisa langsung diterima di pengusaha konveksi serta beberapa kursus lainnya.
"Kita memberikan pelatihan yang instan namun lulusannya bisa langsung dipakai. Seperti pelatihan bengkel, kita yakin lulusan kursus ini bakal lebih terampil dibanding lulusan sekolah kejuruan yang memakan waktu tiga tahunan," ungkap .
Sebetulnya, ungkap Wawan, peluang kerja di Majalengka sendiri cukup banyak, namun lapangan kerja yang tersedia tidak sesuai dengan keahlian yang dimiliki calon tenaga kerja itu sediri. Dicontohkannya, saat ini ada pengusaha boneka yang memiliki peluang pasar ekspor cukup tinggi dan dan hingga kini belum terpenuhi, akibat tenaga kerja yang minim. Demikian juga dengan pengusaha keset dari limbah kain yang masih butuh tenaga kerja banyak.(C-29/A-147)***
Sumber:
http://www.pikiran-rakyat.com/node/111501
16 Juni 2010
"Jumlah tersebut kini mulai berkurang, namun juga kemungkinan bertanbah manakala banyaknya lulusan sekolah yang kemudian tidak melanjutkan atau tidak bekerja atau juga terjadinya PHK masal," ungkap Wawan.
Untuk mengurangi angka pengangguran tersebut, Dinas Tenaga Kerja kini terus berupaya memberikan berbagai pelatihan yang berdampak langsung pada pengurangan angka pengangguran. Seperti halnya pelatihan montir sepeda motor dan mobil yang lulusannya bisa langsung disalurkan ke bengkel lain yang butuh tenaga kerja, atau pelatihan menjahit yang juga lulusannya bisa langsung diterima di pengusaha konveksi serta beberapa kursus lainnya.
"Kita memberikan pelatihan yang instan namun lulusannya bisa langsung dipakai. Seperti pelatihan bengkel, kita yakin lulusan kursus ini bakal lebih terampil dibanding lulusan sekolah kejuruan yang memakan waktu tiga tahunan," ungkap .
Sebetulnya, ungkap Wawan, peluang kerja di Majalengka sendiri cukup banyak, namun lapangan kerja yang tersedia tidak sesuai dengan keahlian yang dimiliki calon tenaga kerja itu sediri. Dicontohkannya, saat ini ada pengusaha boneka yang memiliki peluang pasar ekspor cukup tinggi dan dan hingga kini belum terpenuhi, akibat tenaga kerja yang minim. Demikian juga dengan pengusaha keset dari limbah kain yang masih butuh tenaga kerja banyak.(C-29/A-147)***
Sumber:
http://www.pikiran-rakyat.com/node/111501
16 Juni 2010
Majalengka Bermimpi Ingin Seperti Singapura
Impian menjadi lebih baik adalah suatu hal yang wajar. Namun harus ada upaya untuk merealisasikannya agar tidak menjadi sekadar mimpi. Seperti impian Majalengka untuk bisa menjadi Singapuranya Jawa Barat (Jabar) pada 2010 nanti.
Ini tidak berlebihan sebab sekarang sedang dipersiapkan pembangunan bandara internasional di Kertajati, Majalengka. Dalam rangka itu pembebasan 5 ribu hektar tanah masih terus diupayakan. Bukan hanya sekadar bandara internasional yang akan dibangun, tapi kota berbasis bandara.
Nantinya area tersebut akan dikenal dengan nama Kertajati Aero City. Wow! Selain itu perjalanan dari Jakarta akan menjadi lebih cepat dengan dibangunnya jalan tol Cikampek-Cirebon atau yang sering disebut Cikacir. Selama ini perjalanan Jakarta-Majalengka harus memakan waktu setidaknya 4 jam. Itu pun melewati jalan yang cukup berliku.
"Majalengka akan lebih hidup lagi dengan pelabuhan Nusantara yang ada di Cirebon. Jadi kita bisa jadi Singapuranya Jawa Barat," ujar Sekda Kabupaten Majalengka di Kantor Bupati Majalengka, Jl A Yani Majalengka, Jabar, Sabtu (25/3/2006). Ia berharap dengan situasi yang lebih hidup, maka akan tercipta berbagai lapangan kerja bagi masyarakat.
Sehingga angka pengangguran bisa ditekan. Majalengka juga mengembangkan agrobisnis, agro wisata dan melakukan kerjasama antar wilayah untuk meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat. Dari kesemua bidang itu yang paling difokuskan adalah yang berhubungan dengan pertanian, karena mayoritas penduduk bermata pencarian sebagai petani. "Kita beharap kartu miskin kita akan semakin berkurang dan bahkan hilang pada saat itu," imbuh Suharja.
Sekedar diketahui, Kabupaten Majalengka memiliki luas 120,4 hektar. Kabupaten ini berpenduduk 1,8 juta jiwa. Kabupaten Majalengka berbatasan langsung dengan Indramayu di sebelah selatan. Ciamis dan Tasikmalaya berbatasan langsung dengan Majalengka di sebelah selatan, sedangkan Cirebon dan Kuningan berada di sebelah timurnya. Dan dengan Sumedang di sebelah baratnya. (ary/)
Sumber :
Nurvita Indarini
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/03/tgl/25/time/230530/idnews/565633/idkanal/10
15 Juni 2010
Ini tidak berlebihan sebab sekarang sedang dipersiapkan pembangunan bandara internasional di Kertajati, Majalengka. Dalam rangka itu pembebasan 5 ribu hektar tanah masih terus diupayakan. Bukan hanya sekadar bandara internasional yang akan dibangun, tapi kota berbasis bandara.
Nantinya area tersebut akan dikenal dengan nama Kertajati Aero City. Wow! Selain itu perjalanan dari Jakarta akan menjadi lebih cepat dengan dibangunnya jalan tol Cikampek-Cirebon atau yang sering disebut Cikacir. Selama ini perjalanan Jakarta-Majalengka harus memakan waktu setidaknya 4 jam. Itu pun melewati jalan yang cukup berliku.
"Majalengka akan lebih hidup lagi dengan pelabuhan Nusantara yang ada di Cirebon. Jadi kita bisa jadi Singapuranya Jawa Barat," ujar Sekda Kabupaten Majalengka di Kantor Bupati Majalengka, Jl A Yani Majalengka, Jabar, Sabtu (25/3/2006). Ia berharap dengan situasi yang lebih hidup, maka akan tercipta berbagai lapangan kerja bagi masyarakat.
Sehingga angka pengangguran bisa ditekan. Majalengka juga mengembangkan agrobisnis, agro wisata dan melakukan kerjasama antar wilayah untuk meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat. Dari kesemua bidang itu yang paling difokuskan adalah yang berhubungan dengan pertanian, karena mayoritas penduduk bermata pencarian sebagai petani. "Kita beharap kartu miskin kita akan semakin berkurang dan bahkan hilang pada saat itu," imbuh Suharja.
Sekedar diketahui, Kabupaten Majalengka memiliki luas 120,4 hektar. Kabupaten ini berpenduduk 1,8 juta jiwa. Kabupaten Majalengka berbatasan langsung dengan Indramayu di sebelah selatan. Ciamis dan Tasikmalaya berbatasan langsung dengan Majalengka di sebelah selatan, sedangkan Cirebon dan Kuningan berada di sebelah timurnya. Dan dengan Sumedang di sebelah baratnya. (ary/)
Sumber :
Nurvita Indarini
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/03/tgl/25/time/230530/idnews/565633/idkanal/10
15 Juni 2010
Sejarah Majalengka Masih Penuh Kontroversi
Setiap menjelang perayaan hari jadi Majalengka yang diperingati 7 Juni selalu saja menjadi perdebatan dan perbincangan panjang bahkan menjadi sebuah polemik antara pro dan kontra. Sejarah Majalengka yang diformalkan melalui Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 1982 tentang Hari jadi Majalengka yang jatuh pada 7 Juni 1490 masehi, kini ditentang oleh sebagian masyarakat, benarkah sudah setua inikah usia Majalengka ?
Sebelum versi resmi berdasarkan Perda Nomor 5 tahun 1982 yang menetapkan hari jadi pada 7 Juni dengan titi mangsa 1490, Majalengka juga punya hari jadi lain yang ditetapkan Pemkab 28 Oktober 1979, yakni 5 Januari dengan titi mangsa 1819, berdasarkan Staatsblad 23-1819. Namun Hari jadi 5 Januari, oleh Bupati Majalengka Muhammad S. Paindra, dicabut pada 25 Maret 1981, lalu ditetapkan 7 Juni hingga sekarang melalui Perda 5/1982.
Pertanyaannya, kenapa bisa terjadi demikian ?. Beberapa kalangan menilai penetapan Hari jadi Majalengka 7 Juni 1490 selain tidak kuat konstruksinya, juga mengandung banyak kelemahan berdasarkan historiografi serta dianggap tidak objektif dan faktual. Hal ini karena sejarah Majalengka saat ini adalah tidak lebih sebagai legenda atau mitos sejarah lisan, tanpa didukung sebuah data primer, sekunder, dan tersier sebagaimana kaidah ilmu sejarah.
Menurut Tatang Gantika, mantan Kepala Kantor Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Majalengka menyatakan penelusuran sejarah tempo dulu sudah menghasilkan penemuan tentang berdirinya Kabupaten Majalengka, yakni berdasarkan Besluit van commisarissen-General over Nederlandsch-Indie, tanggal 5 januari 1819, nomor.2, (stbld.1819 no 9) yang berisi ketentuan tentang pembagian keresidenan (residentie) Cheribon dan luasnya keregenan-keregenan (regentschappen) dari kerisedenan tersebut. Keresidenan Cheribon dibagi ke dalam lima keregenan (regentschappen), yakni : Cheribon, Begawan wettan, Madja, Galo dan Koeningan.
"Berarti regentschappen Madja atau Kabupaten Majalengka terbentuk berdasarkan besluit tanggal 5 Januari 1819 yang merupakan awal berdirinya Kabupaten Majalengka, " tegas Tatang beberapa waktu lalu kepada majalengka-online.com.
Dalam besluit tersebut disebutkan untuk keregenan Madja, dengan batas wilayah : jalan pos besar dari tempat penyebrangan di karrangsambong ke timur naik, sampai sungai Tjiepietjong di sekitar Djamblang; sungai ini ke arah atas sampai desa Lengkong, dari sana batas pemisah dari Keregenan Radjo Galo sekarang ini sampai puncak gunung Tjermaij, selanjutnya ke arah selatan batas pemisah Keregenan Talaga sekarang ini, sampai sungai Tjijolang, dan lalu ke arah baratdaya dan barat batas pemisah yang sama sampai batas pemisah dari keresidenan Cheribon dengan keregenan Sumadang dan batas pemisah ini ke arah utara sampai jalan pos besar di penyebrangan di Karrangsambong.
"Berdasarkan uraian tersebut, bila dikaitkan dengan Hari Jadi Majalengka sesuai dengan Staatsblad 1819 No.9 tertanggal 5 Januari 1819 No.23 menunjukan bahwa usia Kabaupaten Majalengka baru mencapai 191 tahun dan bila dikaitkan dengan perubahan nama Kabupaten Madja menjadi Kabupaten Majalengka sesuai dengan Staatsblad 1840 No.7 tanggal 11 Februari 1840 No.2 menunjukan bahwa usia Kabupaten Majalengka baru mencapai 170 tahun, " paparnya.
Versi Legenda
Dalam sebuah legenda disebutkan, Nyi Rambut Kasih dari Kerajaan Sindang Kasih (pusat pemerintahan Majalengka sekarang) jatuh cinta kepada Pangeran Muhammad yang keturunan Pangeran Panjunan, Cirebon. Syahdan, di Cirebon, dilanda wabah mematikan. Penyakit itu hanya bisa disembuhkan dengan buah pahit Maja. Lalu pergilah Pangeran Muhammad ke sebelah barat Cirebon. Namun, Pangeran Muhammad harus berperang melawan seorang wanita, Nyi Rambut Kasih. Dalam peperangan, Nyi Rambut Kasih menghilang bersama buah maja. Sejak itu, daerah itu bernama Majalengka, berasal dari kata " maja e langka" (buah Majanya tidak ada). Kisah Pangeran Muhammad yang selain mencari buah maja, sekaligus menyebarkan Islam, dipercaya cikal bakal pemberian nama Majalengka. Ini terjadi pada 10 Muharam 1412 tahun Hijriah, yang bila dikonversikan ke tahun Masehi jatuhnya pada 7 Juni 1490.
Versi lain berasal dari masa lebih muda, pada zaman kolonialisme Belanda. Disebutkan, di sebuah tempat di depan alun-alun (sekarang gedung DPRD Majalengka), ada pabrik kina "Maja L & Co". Pabrik itu menjadi tanda bagi masyarakat. Lalu terjadi keseleo lidah, hingga "Maja L & Co" dipercepat dengan "Maja elen ko", dan menjadi "Majalengka". Dari dua kisah di atas, sejak tahun 1980 dibentuk tim sejarah Majalengka untuk menentukan hari jadi, yang digunakan ialah versi pertama. Ketika itu, tim merujuk kisah Pangeran Muhammad, berkiblat pada Cirebon yang juga masih ada kaitan penyebaran Islam oleh Sunan Gunung Djati.
Benarkah banyak yang tidak suka dengan penetapan hari jadi berdasarkan pada dokumen Belanda tersebut, karena dianggap tidak nasionalis. Sementara data-data tertulis yang dimiliki saat ini berkaitan dengan sejarah daerah hanya pada dokumen-dokumen yang diterbitkan Pemerintah Hindia Belanda. Atau kita berpatokan dengan Hari Jadi Majalengka berdasarkan legenda atau mitos sebagaimana yang disebutkan diatas.
Oleh karena adanya polemik yang memang masih mengundang banyak kontroversi ini, pemerintah daerah Majalengka telah membentuk sebuah "Tim Penelusuran dan Pengkajian Sejarah Majalengka " atau disebut "Tim 22" yang diketuai oleh Nina Lubis. Diperkirakan, tim tersebut penyusunannya akan rampung Oktober 2010 mendatang.
Pembentukan Tim 22 tersebut tidak lain adalah meluruskan sejarah masa lalu Majalengka agar tidak intuisi imajinatif tetapi berdasarkan data dan fakta ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan.
Kita tunggu saja hasil penyusunan sejarah masa lalu Majalengka, apakah hari ini adalah akhir perayaan angka usia 520 tahun atau tetap tahun depan bertambah menjadi 521tahun atau malah usia Kabupaten Majalengka lebih mudah sebagaimana disebutkan dalam besluit yakni 170 tahun atau 192 tahun.
Sumber :
http://majalengka-online.com/Sosial-Budaya/sejarah-majalengka-masih-penuh-kontroversi.html
16 Juni 2010
Sebelum versi resmi berdasarkan Perda Nomor 5 tahun 1982 yang menetapkan hari jadi pada 7 Juni dengan titi mangsa 1490, Majalengka juga punya hari jadi lain yang ditetapkan Pemkab 28 Oktober 1979, yakni 5 Januari dengan titi mangsa 1819, berdasarkan Staatsblad 23-1819. Namun Hari jadi 5 Januari, oleh Bupati Majalengka Muhammad S. Paindra, dicabut pada 25 Maret 1981, lalu ditetapkan 7 Juni hingga sekarang melalui Perda 5/1982.
Pertanyaannya, kenapa bisa terjadi demikian ?. Beberapa kalangan menilai penetapan Hari jadi Majalengka 7 Juni 1490 selain tidak kuat konstruksinya, juga mengandung banyak kelemahan berdasarkan historiografi serta dianggap tidak objektif dan faktual. Hal ini karena sejarah Majalengka saat ini adalah tidak lebih sebagai legenda atau mitos sejarah lisan, tanpa didukung sebuah data primer, sekunder, dan tersier sebagaimana kaidah ilmu sejarah.
Menurut Tatang Gantika, mantan Kepala Kantor Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Majalengka menyatakan penelusuran sejarah tempo dulu sudah menghasilkan penemuan tentang berdirinya Kabupaten Majalengka, yakni berdasarkan Besluit van commisarissen-General over Nederlandsch-Indie, tanggal 5 januari 1819, nomor.2, (stbld.1819 no 9) yang berisi ketentuan tentang pembagian keresidenan (residentie) Cheribon dan luasnya keregenan-keregenan (regentschappen) dari kerisedenan tersebut. Keresidenan Cheribon dibagi ke dalam lima keregenan (regentschappen), yakni : Cheribon, Begawan wettan, Madja, Galo dan Koeningan.
"Berarti regentschappen Madja atau Kabupaten Majalengka terbentuk berdasarkan besluit tanggal 5 Januari 1819 yang merupakan awal berdirinya Kabupaten Majalengka, " tegas Tatang beberapa waktu lalu kepada majalengka-online.com.
Dalam besluit tersebut disebutkan untuk keregenan Madja, dengan batas wilayah : jalan pos besar dari tempat penyebrangan di karrangsambong ke timur naik, sampai sungai Tjiepietjong di sekitar Djamblang; sungai ini ke arah atas sampai desa Lengkong, dari sana batas pemisah dari Keregenan Radjo Galo sekarang ini sampai puncak gunung Tjermaij, selanjutnya ke arah selatan batas pemisah Keregenan Talaga sekarang ini, sampai sungai Tjijolang, dan lalu ke arah baratdaya dan barat batas pemisah yang sama sampai batas pemisah dari keresidenan Cheribon dengan keregenan Sumadang dan batas pemisah ini ke arah utara sampai jalan pos besar di penyebrangan di Karrangsambong.
"Berdasarkan uraian tersebut, bila dikaitkan dengan Hari Jadi Majalengka sesuai dengan Staatsblad 1819 No.9 tertanggal 5 Januari 1819 No.23 menunjukan bahwa usia Kabaupaten Majalengka baru mencapai 191 tahun dan bila dikaitkan dengan perubahan nama Kabupaten Madja menjadi Kabupaten Majalengka sesuai dengan Staatsblad 1840 No.7 tanggal 11 Februari 1840 No.2 menunjukan bahwa usia Kabupaten Majalengka baru mencapai 170 tahun, " paparnya.
Versi Legenda
Dalam sebuah legenda disebutkan, Nyi Rambut Kasih dari Kerajaan Sindang Kasih (pusat pemerintahan Majalengka sekarang) jatuh cinta kepada Pangeran Muhammad yang keturunan Pangeran Panjunan, Cirebon. Syahdan, di Cirebon, dilanda wabah mematikan. Penyakit itu hanya bisa disembuhkan dengan buah pahit Maja. Lalu pergilah Pangeran Muhammad ke sebelah barat Cirebon. Namun, Pangeran Muhammad harus berperang melawan seorang wanita, Nyi Rambut Kasih. Dalam peperangan, Nyi Rambut Kasih menghilang bersama buah maja. Sejak itu, daerah itu bernama Majalengka, berasal dari kata " maja e langka" (buah Majanya tidak ada). Kisah Pangeran Muhammad yang selain mencari buah maja, sekaligus menyebarkan Islam, dipercaya cikal bakal pemberian nama Majalengka. Ini terjadi pada 10 Muharam 1412 tahun Hijriah, yang bila dikonversikan ke tahun Masehi jatuhnya pada 7 Juni 1490.
Versi lain berasal dari masa lebih muda, pada zaman kolonialisme Belanda. Disebutkan, di sebuah tempat di depan alun-alun (sekarang gedung DPRD Majalengka), ada pabrik kina "Maja L & Co". Pabrik itu menjadi tanda bagi masyarakat. Lalu terjadi keseleo lidah, hingga "Maja L & Co" dipercepat dengan "Maja elen ko", dan menjadi "Majalengka". Dari dua kisah di atas, sejak tahun 1980 dibentuk tim sejarah Majalengka untuk menentukan hari jadi, yang digunakan ialah versi pertama. Ketika itu, tim merujuk kisah Pangeran Muhammad, berkiblat pada Cirebon yang juga masih ada kaitan penyebaran Islam oleh Sunan Gunung Djati.
Benarkah banyak yang tidak suka dengan penetapan hari jadi berdasarkan pada dokumen Belanda tersebut, karena dianggap tidak nasionalis. Sementara data-data tertulis yang dimiliki saat ini berkaitan dengan sejarah daerah hanya pada dokumen-dokumen yang diterbitkan Pemerintah Hindia Belanda. Atau kita berpatokan dengan Hari Jadi Majalengka berdasarkan legenda atau mitos sebagaimana yang disebutkan diatas.
Oleh karena adanya polemik yang memang masih mengundang banyak kontroversi ini, pemerintah daerah Majalengka telah membentuk sebuah "Tim Penelusuran dan Pengkajian Sejarah Majalengka " atau disebut "Tim 22" yang diketuai oleh Nina Lubis. Diperkirakan, tim tersebut penyusunannya akan rampung Oktober 2010 mendatang.
Pembentukan Tim 22 tersebut tidak lain adalah meluruskan sejarah masa lalu Majalengka agar tidak intuisi imajinatif tetapi berdasarkan data dan fakta ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan.
Kita tunggu saja hasil penyusunan sejarah masa lalu Majalengka, apakah hari ini adalah akhir perayaan angka usia 520 tahun atau tetap tahun depan bertambah menjadi 521tahun atau malah usia Kabupaten Majalengka lebih mudah sebagaimana disebutkan dalam besluit yakni 170 tahun atau 192 tahun.
Sumber :
http://majalengka-online.com/Sosial-Budaya/sejarah-majalengka-masih-penuh-kontroversi.html
16 Juni 2010
Lahan Milik Majalengka Diduga Masuk Indramayu
Sekitar 3.000 hektare lebih lahan milik Kabupaten Majalengka yang berada di Desa Mekarjaya, Kec. Kertajati Kab. Majalengka diduga masuk ke Kab. Indramayu. Hal itu terjadi akibat tidak akuratnya pengukuran tapal batas pada zaman dahulu.
Selain wilayah tersebut, Pemkab Majalengka juga tengah meneliti tapal batas antara Majalengka dan Cirebon. Hal itu terkait adanya ketidakjelasan wilayah Gunung Windu yang kini dianggap masuk ke Wilayah Cirebon.
Adanya persoalan tersebut Pemkab Majalengka tengah meninta Pemerintah Pusat untuk mengukur kembali tapal batas yang kini masuk ke wilayah Indramayu tersebut, karena seharusnya masuk ke wilayah Majalengka. Serta tapal batas Majalengka dengan Cirebon.
Menurut Bupati Majalengka H. Sutrisno yang didampingi Asda I Bidang Pemerintahan Nanan Ginanjar dan Kabag Pemerintahan Yayan Somantri, kekeliruan penentuan tapal batas wilayah itu baru diketahui belakangan ini saat rapat mengenai tapal batas.
Pada rapat tersebut ditemukan dokumen yang dibuat pada masa Belanda. Dokumen itu menyatakan adanya beberapa wilayah di Desa Mekarjaya, Kecamatan Kertajati yang kini masuk ke wilayah Indramayu ternyata seharusnya masuk ke wilayah Majalengka.
"Berdasarkan data di BPN terdapat sekitar 3.000 hektare lebih lahan milik Majalengka masuk ke Indramayu. Ke depan, kita harus memperjelas tapal batas tersebut dan kita harus melakukan komunikasi lebih lanjut dengan Kab. Indramayu yang kini menguasai lahan tersebut," ujar Bupati.
Selain tapal batas antara Indramayu dan Majalengka juga yang perlu diperjelas adalah tapal batas antara wilayah Majalengka dengan Kabupaten Cirebon.
Menurut Nanan, berdasarkan peta yang dimiliki oleh Kab. Majalengka, tapal batas wilayah tersebut berada di puncak Gunung Windu. "Untuk menentukan tapal batas wilayah Majalengka dan Cirebon ini perlu adanya komunikasi antara kedua kabupaten," ucap Nanan. (C-29)***
Sumber :
Harian Pikiran Rakyat, Senin, 31 Mei 2010, dalam :
http://www.ahmadheryawan.com/lintas-kabupaten-kota/kabupaten-majalengka/10048-lahan-milik-majalengka-diduga-masuk-indramayu.html
14 Juni 2010
Selain wilayah tersebut, Pemkab Majalengka juga tengah meneliti tapal batas antara Majalengka dan Cirebon. Hal itu terkait adanya ketidakjelasan wilayah Gunung Windu yang kini dianggap masuk ke Wilayah Cirebon.
Adanya persoalan tersebut Pemkab Majalengka tengah meninta Pemerintah Pusat untuk mengukur kembali tapal batas yang kini masuk ke wilayah Indramayu tersebut, karena seharusnya masuk ke wilayah Majalengka. Serta tapal batas Majalengka dengan Cirebon.
Menurut Bupati Majalengka H. Sutrisno yang didampingi Asda I Bidang Pemerintahan Nanan Ginanjar dan Kabag Pemerintahan Yayan Somantri, kekeliruan penentuan tapal batas wilayah itu baru diketahui belakangan ini saat rapat mengenai tapal batas.
Pada rapat tersebut ditemukan dokumen yang dibuat pada masa Belanda. Dokumen itu menyatakan adanya beberapa wilayah di Desa Mekarjaya, Kecamatan Kertajati yang kini masuk ke wilayah Indramayu ternyata seharusnya masuk ke wilayah Majalengka.
"Berdasarkan data di BPN terdapat sekitar 3.000 hektare lebih lahan milik Majalengka masuk ke Indramayu. Ke depan, kita harus memperjelas tapal batas tersebut dan kita harus melakukan komunikasi lebih lanjut dengan Kab. Indramayu yang kini menguasai lahan tersebut," ujar Bupati.
Selain tapal batas antara Indramayu dan Majalengka juga yang perlu diperjelas adalah tapal batas antara wilayah Majalengka dengan Kabupaten Cirebon.
Menurut Nanan, berdasarkan peta yang dimiliki oleh Kab. Majalengka, tapal batas wilayah tersebut berada di puncak Gunung Windu. "Untuk menentukan tapal batas wilayah Majalengka dan Cirebon ini perlu adanya komunikasi antara kedua kabupaten," ucap Nanan. (C-29)***
Sumber :
Harian Pikiran Rakyat, Senin, 31 Mei 2010, dalam :
http://www.ahmadheryawan.com/lintas-kabupaten-kota/kabupaten-majalengka/10048-lahan-milik-majalengka-diduga-masuk-indramayu.html
14 Juni 2010
Bola Piala Dunia Hasil Produksi Majalengka
Indonesia boleh bebangga. Meski tak berhasil mengirimkan Timnas mengikuti pertandingan sepakbola pasling bergensi di dunia, Piala Dunia, namun bola yang digunakan para peserta berasal dari produk buatan pengrajin di Majalengka, Indonesia.
Produsen bola itu adalah PT Sinjaraga Santika Sport di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Aktivitas produksi bola bermerek Triple S perusahaan tersebut di Desa Liangjulang, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, tak pernah berhenti menjelang even internasional Piala Dunia Afrika Selatan Juni 2010.
Permintaan bola sepak meningkat tajam mencapai 100 persen dari hari biasanya. Kapasitas permintaan yang sebelumnya hanya berkisar 80 hingga 100 ribu buah, meningkat menjadi 200 ribu buah bola per bulannya. Setidaknya 200 karyawan serta 2.500 penjahit yang terdiri dari warga sekitar serta lembaga sosial yang ada, diberdayakan untuk pencapaian order.
Produksi bola sepak mulai dari bahan dasar, hingga menjadi bola yang siap pakai, menggunakan peralatan berstandar internasional. Bahan dasar utama juga didatangkan dari Jepang dan India, untuk menghasilkan bola bersertifikasi FIFA. Menurut Jefri, pengusaha bola Triple S, dengan standar FIFA produksi bola Majalengka menjadi produk kepercayaan sejumlah negara pemesan, terutama Afrika, Brasil, Jepang, serta Belanda.
Tidak hanya negara asing, momen Piala Dunia juga dimanfaatkan pengusaha lokal untuk memesan produk bola baik untuk sekedar merchandise ataupun untuk dijual ke masyarakat. Dengan peningkatan order ini, pengusaha bola Majalengka mampu meraup untung mencapai miliaran rupiah. Selain bola sepak, PT Sinjaraga juga memproduksi bola voli dan bola basket. Bola sepak dan bola voli merek Triple S dijual Rp 150 ribu per buah, sedangkan bola basket dijual Rp 200 ribu per buah. (metrotvnews /CN12)
Sumber :
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/05/03/53544/Bola-Piala-Dunia-Hasil-Produksi-Majalengka
16 Juni 2020
Produsen bola itu adalah PT Sinjaraga Santika Sport di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Aktivitas produksi bola bermerek Triple S perusahaan tersebut di Desa Liangjulang, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, tak pernah berhenti menjelang even internasional Piala Dunia Afrika Selatan Juni 2010.
Permintaan bola sepak meningkat tajam mencapai 100 persen dari hari biasanya. Kapasitas permintaan yang sebelumnya hanya berkisar 80 hingga 100 ribu buah, meningkat menjadi 200 ribu buah bola per bulannya. Setidaknya 200 karyawan serta 2.500 penjahit yang terdiri dari warga sekitar serta lembaga sosial yang ada, diberdayakan untuk pencapaian order.
Produksi bola sepak mulai dari bahan dasar, hingga menjadi bola yang siap pakai, menggunakan peralatan berstandar internasional. Bahan dasar utama juga didatangkan dari Jepang dan India, untuk menghasilkan bola bersertifikasi FIFA. Menurut Jefri, pengusaha bola Triple S, dengan standar FIFA produksi bola Majalengka menjadi produk kepercayaan sejumlah negara pemesan, terutama Afrika, Brasil, Jepang, serta Belanda.
Tidak hanya negara asing, momen Piala Dunia juga dimanfaatkan pengusaha lokal untuk memesan produk bola baik untuk sekedar merchandise ataupun untuk dijual ke masyarakat. Dengan peningkatan order ini, pengusaha bola Majalengka mampu meraup untung mencapai miliaran rupiah. Selain bola sepak, PT Sinjaraga juga memproduksi bola voli dan bola basket. Bola sepak dan bola voli merek Triple S dijual Rp 150 ribu per buah, sedangkan bola basket dijual Rp 200 ribu per buah. (metrotvnews /CN12)
Sumber :
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/05/03/53544/Bola-Piala-Dunia-Hasil-Produksi-Majalengka
16 Juni 2020
Menembus "Kota Angin" Majalengka
Gerah dan teriknya sengatan matahari di ruas pantai utara Jawa Barat sedikit terhapus saat lewat jalur alternatif yang melintasi ”Kota Angin” Majalengka. Embusan angin dan pemandangan alam Gunung Ciremai menyejukkan perjalanan panjang melewati kota yang terletak 44,5 kilometer arah barat daya Cirebon ini.
Majalengka adalah salah satu kota di jalur alternatif pemudik asal Jakarta dan Bandung menuju Jawa Tengah. Ketika jalur pantura macet, pemudik asal Jakarta biasanya diarahkan melewati Subang-Cikamurang-Kadipaten, kemudian melewati Majalengka menuju Cirebon selanjutnya ke Brebes.
Demikian pula pemudik asal Bandung, yang sering terjebak macet di daerah Prapatan karena pasar tumpah, juga diarahkan ke Majalengka dari arah Kadipaten. Setelah masuk kota Majalengka, ada dua jalan yang bisa dipilih pemudik menuju Brebes, Jateng. Rute pertama lewat Sumber-Kota Cirebon-Kanci, sedangkan rute kedua melalui Cikijing-Kuningan-Cidahu-Ciledug.
Titik persimpangan di antara kedua rute itu adalah Bundaran Cigasong, Majalengka. Dari bundaran itu, belok ke kanan jika ingin menempuh rute lewat Cikijing. Namun, jika ingin menempuh rute pertama, melewati Sumber, ambil jalan lurus dari arah kota. Kondisi jalan di kedua rute sama-sama mulus meski lebarnya hanya 5-6 meter.
Pada rute pertama, ada sekitar 10 stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) yang representatif. Adapun pada rute kedua, yang melewati kota-kota kecil antara Majalengka dan Kuningan, ada tujuh SPBU. Toko-toko swalayan pun sudah tersebar sampai ke kota-kota kecilnya, seperti Cikijing, Maja, dan Bantarujeg.
Untuk menginap, terdapat beberapa hotel melati dan bintang satu di kota Majalengka, yang siap menampung pemudik yang kemalaman. Tarif penginapan di sana Rp 65.000-Rp 245.000 per malam.
Kecap asli Majalengka
Memang tak banyak yang bisa dijinjing menjadi buah tangan khas Majalengka. Namun, bukan berarti pemudik akan pulang ke kampung dengan tangan hampa.
Majalengka tersohor dengan kecapnya, baik kecap manis maupun asin. Kecap asli Majalengka terkenal karena kekentalan dan cita rasa kedelainya benar-benar terasa. Setidaknya, ada dua merek kecap yang bisa dijadikan pilihan oleh-oleh bagi keluarga di kampung, yakni cap Maja Menjangan dan Segitiga.
Keduanya sama-sama diolah secara tradisional, dari pembuatan hingga pengemasan, dan bisa bertahan sampai dua tahun meski tanpa bahan pengawet. Hampir semua toko kelontong di Majalengka menjual kecap ini, termasuk supermarket dan toko-toko di persimpangan Kadipaten.
Jika ingin membeli langsung ke pabrik, mampirlah ke Jalan Emen Selamet (Maja Menjangan) dan ke Jalan Raya Tonjong (Kecap Segitiga).
Selain kecap, ada oleh-oleh khas yang bisa dibeli di dua gerai oleh-oleh, yakni gerai Asosiasi Industri Kecil Menengah Agro di Jalan Tonjong dan kedai Ibu Popon di dekat Kantor Kelurahan Cijati. Di tempat tersebut tersedia keripik pisang muli (sejenis pisang susu berukuran hanya sebesar ibu jari), keripik nangka, dodol jambu biji, dan oncom. Harga jualnya mulai Rp 4.000 hingga Rp 20.000 per bungkus.
Sumber:
TIMBUKTU HARTHANA
http://travel.kompas.com/read/2009/09/15/09472976/Menembus.Kota.Angin.Majalengka
15 Juni 2010
Majalengka adalah salah satu kota di jalur alternatif pemudik asal Jakarta dan Bandung menuju Jawa Tengah. Ketika jalur pantura macet, pemudik asal Jakarta biasanya diarahkan melewati Subang-Cikamurang-Kadipaten, kemudian melewati Majalengka menuju Cirebon selanjutnya ke Brebes.
Demikian pula pemudik asal Bandung, yang sering terjebak macet di daerah Prapatan karena pasar tumpah, juga diarahkan ke Majalengka dari arah Kadipaten. Setelah masuk kota Majalengka, ada dua jalan yang bisa dipilih pemudik menuju Brebes, Jateng. Rute pertama lewat Sumber-Kota Cirebon-Kanci, sedangkan rute kedua melalui Cikijing-Kuningan-Cidahu-Ciledug.
Titik persimpangan di antara kedua rute itu adalah Bundaran Cigasong, Majalengka. Dari bundaran itu, belok ke kanan jika ingin menempuh rute lewat Cikijing. Namun, jika ingin menempuh rute pertama, melewati Sumber, ambil jalan lurus dari arah kota. Kondisi jalan di kedua rute sama-sama mulus meski lebarnya hanya 5-6 meter.
Pada rute pertama, ada sekitar 10 stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) yang representatif. Adapun pada rute kedua, yang melewati kota-kota kecil antara Majalengka dan Kuningan, ada tujuh SPBU. Toko-toko swalayan pun sudah tersebar sampai ke kota-kota kecilnya, seperti Cikijing, Maja, dan Bantarujeg.
Untuk menginap, terdapat beberapa hotel melati dan bintang satu di kota Majalengka, yang siap menampung pemudik yang kemalaman. Tarif penginapan di sana Rp 65.000-Rp 245.000 per malam.
Kecap asli Majalengka
Memang tak banyak yang bisa dijinjing menjadi buah tangan khas Majalengka. Namun, bukan berarti pemudik akan pulang ke kampung dengan tangan hampa.
Majalengka tersohor dengan kecapnya, baik kecap manis maupun asin. Kecap asli Majalengka terkenal karena kekentalan dan cita rasa kedelainya benar-benar terasa. Setidaknya, ada dua merek kecap yang bisa dijadikan pilihan oleh-oleh bagi keluarga di kampung, yakni cap Maja Menjangan dan Segitiga.
Keduanya sama-sama diolah secara tradisional, dari pembuatan hingga pengemasan, dan bisa bertahan sampai dua tahun meski tanpa bahan pengawet. Hampir semua toko kelontong di Majalengka menjual kecap ini, termasuk supermarket dan toko-toko di persimpangan Kadipaten.
Jika ingin membeli langsung ke pabrik, mampirlah ke Jalan Emen Selamet (Maja Menjangan) dan ke Jalan Raya Tonjong (Kecap Segitiga).
Selain kecap, ada oleh-oleh khas yang bisa dibeli di dua gerai oleh-oleh, yakni gerai Asosiasi Industri Kecil Menengah Agro di Jalan Tonjong dan kedai Ibu Popon di dekat Kantor Kelurahan Cijati. Di tempat tersebut tersedia keripik pisang muli (sejenis pisang susu berukuran hanya sebesar ibu jari), keripik nangka, dodol jambu biji, dan oncom. Harga jualnya mulai Rp 4.000 hingga Rp 20.000 per bungkus.
Sumber:
TIMBUKTU HARTHANA
http://travel.kompas.com/read/2009/09/15/09472976/Menembus.Kota.Angin.Majalengka
15 Juni 2010
Langganan:
Postingan (Atom)