Rabu, 16 Juni 2010

Menembus "Kota Angin" Majalengka

Gerah dan teriknya sengatan matahari di ruas pantai utara Jawa Barat sedikit terhapus saat lewat jalur alternatif yang melintasi ”Kota Angin” Majalengka. Embusan angin dan pemandangan alam Gunung Ciremai menyejukkan perjalanan panjang melewati kota yang terletak 44,5 kilometer arah barat daya Cirebon ini.

Majalengka adalah salah satu kota di jalur alternatif pemudik asal Jakarta dan Bandung menuju Jawa Tengah. Ketika jalur pantura macet, pemudik asal Jakarta biasanya diarahkan melewati Subang-Cikamurang-Kadipaten, kemudian melewati Majalengka menuju Cirebon selanjutnya ke Brebes.

Demikian pula pemudik asal Bandung, yang sering terjebak macet di daerah Prapatan karena pasar tumpah, juga diarahkan ke Majalengka dari arah Kadipaten. Setelah masuk kota Majalengka, ada dua jalan yang bisa dipilih pemudik menuju Brebes, Jateng. Rute pertama lewat Sumber-Kota Cirebon-Kanci, sedangkan rute kedua melalui Cikijing-Kuningan-Cidahu-Ciledug.

Titik persimpangan di antara kedua rute itu adalah Bundaran Cigasong, Majalengka. Dari bundaran itu, belok ke kanan jika ingin menempuh rute lewat Cikijing. Namun, jika ingin menempuh rute pertama, melewati Sumber, ambil jalan lurus dari arah kota. Kondisi jalan di kedua rute sama-sama mulus meski lebarnya hanya 5-6 meter.

Pada rute pertama, ada sekitar 10 stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) yang representatif. Adapun pada rute kedua, yang melewati kota-kota kecil antara Majalengka dan Kuningan, ada tujuh SPBU. Toko-toko swalayan pun sudah tersebar sampai ke kota-kota kecilnya, seperti Cikijing, Maja, dan Bantarujeg.

Untuk menginap, terdapat beberapa hotel melati dan bintang satu di kota Majalengka, yang siap menampung pemudik yang kemalaman. Tarif penginapan di sana Rp 65.000-Rp 245.000 per malam.

Kecap asli Majalengka

Memang tak banyak yang bisa dijinjing menjadi buah tangan khas Majalengka. Namun, bukan berarti pemudik akan pulang ke kampung dengan tangan hampa.

Majalengka tersohor dengan kecapnya, baik kecap manis maupun asin. Kecap asli Majalengka terkenal karena kekentalan dan cita rasa kedelainya benar-benar terasa. Setidaknya, ada dua merek kecap yang bisa dijadikan pilihan oleh-oleh bagi keluarga di kampung, yakni cap Maja Menjangan dan Segitiga.

Keduanya sama-sama diolah secara tradisional, dari pembuatan hingga pengemasan, dan bisa bertahan sampai dua tahun meski tanpa bahan pengawet. Hampir semua toko kelontong di Majalengka menjual kecap ini, termasuk supermarket dan toko-toko di persimpangan Kadipaten.

Jika ingin membeli langsung ke pabrik, mampirlah ke Jalan Emen Selamet (Maja Menjangan) dan ke Jalan Raya Tonjong (Kecap Segitiga).

Selain kecap, ada oleh-oleh khas yang bisa dibeli di dua gerai oleh-oleh, yakni gerai Asosiasi Industri Kecil Menengah Agro di Jalan Tonjong dan kedai Ibu Popon di dekat Kantor Kelurahan Cijati. Di tempat tersebut tersedia keripik pisang muli (sejenis pisang susu berukuran hanya sebesar ibu jari), keripik nangka, dodol jambu biji, dan oncom. Harga jualnya mulai Rp 4.000 hingga Rp 20.000 per bungkus.


Sumber:
TIMBUKTU HARTHANA
http://travel.kompas.com/read/2009/09/15/09472976/Menembus.Kota.Angin.Majalengka
15 Juni 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar